Pendidikan Sains untuk Anak Usia Dini


just share

Pendidikan SAINS Untuk Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia pendidikan  menuntut perubahan sistem pendidikan nasional, supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang.

Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk taman kanak-kanak dan sekolah dasar merupakan titik berat pembangunan pendidikan  pada saat ini dan pada kurun waktu yang akan datang. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal atau informal.

Secara spesifik pada Kurikulum 2004 untuk Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya disingkat PAUD) dinyatakan tujuan pendidikan anak usia dini pada Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut ruang lingkup kurikulum dipadukan dalam dua bidang pengembangan yaitu bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak, meliputi : berbahasa, kognitif, fisik / motorik dan seni. Kognitif sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematika dan kemampuan sains.

Berdasarkan kurikulum 1994 yang disempurnakan tujuan pengajaran sains di SD adalah untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Adapun ketrampilan-ketrampilan proses yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan hasil pengamatan, melakukan percobaan, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menerapkan perolehan yang semuanya tercermin dalam setiap tujuan pembelajaran umum .

Kenyataan di lapangan menunjukkan dalam proses pembelajaran sains hanya mendengar ceramah dari guru saja atau membaca buku teks  yang dilanjutkan dengan pembahasan secara verbal hal ini mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep dan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan. Pembelajaran  sains harus melibatkan aspek pengetahuan, afektif dan psikomotor sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir dengan memiliki ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini bermanfaat bagi anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menanggapi secara kritis perkembangan sains.

Tujuan pengembangan pembelajaran sains untuk anak  adalah agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui melalui metode sains proses, meningkatkan kemampuan sains pada anak ,  diharapkan anak memiliki sikap ilmiah dan diharapkan anak lebih berminat untuk menghayati sains. Tetapi kenyataannya di lapangan, anak-anak sekarang kurang berminat pada sains.
Pembelajaran sains di taman kanak-kanak pada umumnya masih berupa konsep dan hafalan yang sebatas pada sains produk seperti mengajarkan tentang tata surya: bulan, bintang, dll, bukan mengajarkan pada sains proses. Hal itu akan membuat anak-anak menjadi takut pada sains . Selain itu dari hasil wawancara dengan guru di taman kanak-kanak pembelajaran sains yang ada masih berpusat pada guru sehingga perhatian anak menjadi tidak fokus, karena anak tidak diajak terlibat langsung dalam proses sains tersebut. Anak-anak harus diajarkan bagaimana merasakan, mengalami, dan mencoba berbagai fenomena alam. Karena kegiatan yang berhubungan dengan eksperimen ini akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan belajar untuk berani mencoba. Suatu sifat mental yang kini amat berharga dan langka di dunia orang dewasa.

Selain itu, melakukan eksperimen sains adalah pintu untuk memasuki dunia sains. Kalau dilakukan di masa kanak-kanak, maka ia  akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang menyenangkan. Konsekuensi pembelajaran sains melalui hafalan saja atau anak tidak terlibat langsung pada proses sains menyebabkan anak-anak belum menunjukkan kemampuannya menguasai kemampuan dasar kognitif khususnya kemampuan sains, seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2004. Indikasi yang paling sering terjadi  bahwa murid-murid TK tidak menguasai kemampuan sains adalah anak  tidak dapat berpikir kritis , padahal dengan kemampuan sains dapat membantu anak menjadi membuat keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.

Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.

Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para ahli. James Conant yang dikutip oleh Ali Nugraha mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji lebih lanjut. Senada dengan Conant, Ahmadi   memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan menurut Dodge mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.
Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji  menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan alam (IPA), terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Dodge bahwa sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan sekitarnya. Dimana physical science terdiri dari objek –objek yang dapat dieksplor , karena anak dapat belajar tentang berat, bentuk, ukuran, warna dan suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat mempelajari tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest Hagel seperti dikutip oleh Indrawati memandang sains dari tiga aspek ; pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Kedua, sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari obyek yang diamati.

Berdasarkan definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri suatu proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila pembelajaran sains yang dapat dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu  pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan-pengembangan sikap sains.
1.Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.
2.Sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori . Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda atau obyek, peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis dan kebenarannya sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal .
3.Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen.


BAB III
PEMBAHASAN

Sebagaimana definisi-definisi sains yang teah dijelaskan pada BAB II ,dapat diktahui bahwa definisi sains untuk anak usia dini adalah sains yang sasarannya ditujukan pada anak-anak usia dini,baik pada jenjang Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Dasar. Sains,saat ini menjadi hal yang penting untuk diterapkan atau dikenalkan pada anak-anak usia dini karena sains  dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, dengan sains anak  tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka mengamati, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang ada sebelum menentukan keputusannya.  Dengan melalui percobaan-percobaan sains melalui ketrampilan proses, anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya. Dengan media observasi,  anak yang mempunyai kemampuan sains yang tinggi dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang dipahaminya. Anak usia 4-6 tahun dapat dilatih untuk mempunyai kemampuan sains . Anak dapat mulai diajarkan ketrampilan observasi dasar  seperti pengamatan.Lewat cara ini anak dapat diajak untuk memahami apa itu bunyi, udara, air, cahaya, suhu, tanah serta berbagai kayu dan logam. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains dapat membantu orang tua untuk menghindarkan anak dari kemungkinan menggunakan informasi yang tidak tepat. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains akan membantu anak untuk secara aktif membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi disekelilingnya

Melatih anak dengan percobaan  sains  akan membuat anak menjadi berpikir kreatif, inovatif, dan mandiri, Dimensi lain dari sains juga yang teramat penting adalah dimensi “proses” yaitu proses mendapatkan sains itu sendiri. Sains diperoleh melalui suatu penelitian dan percobaan yang disebut dengan metode ilmiah.
Anak usia dini atau usia prasekolah berada dalam masa emas perkembangan otaknya, salah satu hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50 persen. Kapasitas itu akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan pentingnya memberikan rangsangan pada anak usia dini. Mengenalkan sains pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus. Suasana harus dalam keadaan bermain. Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya.

Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang telah diketahui anak dan relevan dengan mereka.Mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak dalam kandungan telah siap untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang meiliki dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa khususnya guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam menunjang minat dan keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta melibatkan anak dalam beragam kegiatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang seluas-luasnya merupakan inti proses sains. Dan, tidak kalah penting pula bagi pembelajaran sains di tingkat TK, bila dilakukan secara terintegrasi melaui bermain karena bermain selain menghilangkan stress pada anak juga merupakan cara anak belajar tentang kehidupan.

Sains yang diperkenalkan kepada anak usia dini, akan mendorong mereka menjadi anak yang kaya akan inspirasi. Melatih anak dengan eksperimen sains bisa membuat anak bersikap kreatif dan kaya akan inisiatif. Permainan sains juga bisa menumbuhkan  pola berpikir logis pada anak. Mereka akan terbiasa untuk mengikuti tahap-tahap eksperimen sains. Eksperimen gagal tidak boleh disembunyikan, gagal harus disampaikan. Disini akan muncul juga sikap sportiftivitas pada anak.Karena dengan bekal sains, sejak kecil anak-anak akan bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dengan demikian, anak perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses sains agar mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya.

Dengan memberikan pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya serta teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri, sehingga tugas guru adalah mengembangkan program pembelajaran sains yang dapat mengeksplorasi dan berorientasi sains secara optimal. Program pembelajaran sains yang diberikan pada anak usia dini hendaklah telah melalui proses analisa tugas dan kemampuan anak, atas pertimbangan pilihan dan variasi kegiatan yang diminati dan merangsang anak serta sesuai dengan aspek yang melekat pada anak sebagai individu yang unik.

Pembelajaran pada anak pra sekolah sebaiknya bersifat terpadu atau terintegrasi yaitu terintegrasi dengan bidang lain seperti matematika, ataupun aktivitas sosial lainnya. Mengenalkan sains pada anak berarti membantu anak untuk melakukan percobaan sederhana sehingga dapat menghubungkan sebab dan akibat suatu perlakuan. Percobaan tersebut juga akan membantu anak untuk mulai berfikir logis. Mengenalkan sains pada anak prasekolah dapat melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan seluruh panca indranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain.


SAINS UNTUK ANAK USIA DINI

Pengertian sains untuk anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang anak . Karena jika kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan berimplikasi  pada kekeliruan-kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi anak usia dini yang berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses dan produknya yaitu anak-anak itu sendiri.

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

PENTINGNYA SAINS

Anak pada usia dini sudah dikenalkankan dengan  sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Di sini ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada anak usia dini.

Leeper ( 1994 ) menyampaikan bahwa :
1.         Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak – anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi.
2.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak memiliki sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan ; tidak cepat – cepat dalam mengmabil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadapa informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah.
4.         Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak – nak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Dari uraian – uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya sains adalah :
-          Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari.
-          Membantu melekatkan aspek – aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tenatang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
-          Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda – benda serta kejadiandi luar lingkungannya.
-          Memfasilitasi dan mengemabngkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan.
-          Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala – gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak agar mampu mengguanakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari.
-          Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan YME.

KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI

Pada dasarnya sejak anak usia dini,  manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer Sebagai mahluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang anak  yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Kemampuan kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah :
(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,
(2) tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta menghitungnya,
(3) telah mengenal sebagian warna,
(4) mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu,
(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya,
(6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan berhitung.
Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa ingin tahu  tersebut, Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik obyek atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak mengenali secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal tantangan hidup dan peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak  akan berkembang.
Anak usia taman kanak-kanak telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan tentang alam sekitar , yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar matematika ini dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam konsep bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah dapat melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan pengetahuan alam sekitar (sains) pada anak ini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.

Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan , mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.

PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak-anak yang mengadakan kegiatan sains seringkali  dapat melakukannya secara mengejutkan. Tetapi kemampuan anak dalam penguasaan sains tergantung pada fasilitator dalam hal ini orang tua, guru dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran sains akan menjadi pendidikan yang baik jika kita mampu mengindividualisasikan sains pada anak secara baik, yaitu menjadi bersifat pribadi, melekat pada kehidupannya, berkembang sesuai karakteristiknya serta sesuai dengan kesanggupan anak.

Pembelajaran dalam area sains pada awalnya melibatkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika. Dimana anak-anak menjelajahi sifat-sifat materi, mereka mencapai pengetahuan dari materi tersebut melalui pengetahuan fisik. Kemudian mereka menciptakan hubungan antar benda-benda tersebut , seperti pada saat  mengelompokkan daun-daun, mereka pada saat itu belajar logika matematika.

Proses saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan data, mengkonfirmasikan atau menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi, kemudian mengulangi siklus. Ketrampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik mencakup pengamatan, mengelompokkan dan membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan eksperimen, menghubungkan, menyimpulkan dan mengaplikasikan. Karena menyimpulkan dan mengaplikasikan mensyaratkan berpikir yang lebih abstrak. Setiap ketrampilan ini, pada saat diaplikasikan ke dalam program sains untuk anak usia dini akan didiskusikan pada bagian berikut. Bagaimanapun harus benar belajar diingat bahwa semua ketrampilan tersebut penting dalam pembelajaran secara umum. Semua ketrampilan tersebut bahkan tidak hanya diaplikasikan dalam belajar sains.

Anak-anak harus dapat berpikir dalam tema-tema konkrit operasional sebelum mereka dapat berpikir tentang berbagai objek yang memiliki berbagai kategori sekaligus. Mayoritas anak-anak tidak dapat berpikir konkrit pada usia dini. Guru dapat mendorong anak-anak untuk mengelompokkan berbagai objek dan menjelaskan bagaimana berbagai objek tersebut dapat dikelompokkan. Anak dapat mengelompokkan berbagai balok berdasarkan bentuk, kelompok benda-benda tersebut dapat dimasukkan dalam area seni atau macam-macam tombol, daun-daun, biji-bijian atau koleksi lainnya.

Anak yang duduk di taman kanak-kanak berada dalam fase praoperasional. Suatu fase perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan simbolis, kemampuan berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris. Fase ini juga meletakkan dasar bagi kemampuan matematika dan pengetahuan alam atau sains. Kemampuan bahasa pada fase ini sudah cukup baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan sains anak usia dini khususnya TK B meliputi kemampuan untuk mengamati, mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan masalah  yang dihadapinya melalui ketrampilan proses,  Selain itu juga sikap  rasa ingin tahu juga dapat meningkatkan kemampuan sains anak usia anak TK B. Pembelajaran sains di TK B tidak hanya diharapkan dapat membantu anak untuk memperoleh sejumlah informasi, ide-ide, ketrampilan, nilai-nilai dan cara berpikir juga cara mengekspresi dan mengkomunikasikannya.

KETERAMPILAN PROSES

Sains (IPA) hakikatnya terdiri dari dua komponen penting yang satu sama lain saling menunjang yaitu komponen produk dan komponen proses. Produk sains berupa  pengetahuan, fakta, konsep dan hukum. Sedangkan proses berupa ketrampilan dan sikap yang berhubungan dengan penyelidikan dan penemuan.

Kata ketrampilan berasal dari kata terampil yang berarti kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar, seorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak benar tidak dapat dikatakan trampil demikian pula apabila seseorang melakukannya dengan benar tetapi lambat belum dapat dikatakan trampil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang trampil dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut seakan-akan tidak pernah lagi dipikirkan bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan yang menghambat. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, ketrampilan meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengarkan dan sebagainya sedangkan dalam pengertian yang sempit biasanya ketrampilan lebih ditujukan berupa perbuatan. Beberapa ahli lain menjelaskan pengertian ketrampilan merupakan perilaku yang tampak sebagai akibat perbuatan otot yang digerakkan oleh sistem saraf dan disertai koordinasi yang memadai antara kerja otot dan proses psikologi    yang mengatur gerak itu.

Ketrampilan proses ini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis, tetapi perlu dilatih agar tumbuh dan berkembang baik. Melalui kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan, anak akan menghayati proses ilmiah. Sehingga dapat dikatakan, ketrampilan proses anak akan lebih berkembang dan terlatih.Guru dapat merencanakan berbagai kegiatan aktif, yang dapat mengembangkan ketrampilan proses. Hasilnya anak akan lebih mampu menerapkan ketrampilan proses itu dalam kehidupan serhari-hari. Para ilmuwan dalam menemukan suatu fakta atau teori tersebut melalui tahapan-tahapan kegiatan tertentu yang disebut proses ilmiah yang menumbuh kemabangkan sikap ilmih, sehingga terbentuk produk ilmiah yaitu ilmu pengetahuan alam (sains) yang menjadi dasar dan melahirkan kemajuan-kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia .

Ketrampilan proses bukalah sesuatu yang khusus dalam sains, karena ketrampilan tersebut merupakan ketrampilan biasa yang lazim dilakuakan para ilmuwan atau orang-orang yang bergelut dalam sains, demikian juga dalam pembelajaran sains hampir 75% dari pokok bahasan memerlukan ketrampilan proses, walaupun ada juga pendekatan lain yang menunjang dan saling terkait dengan pendekatan ini, tetapi semua itu selalu berorientasi pada cara belajar siswa aktif yang mengembangkan ketrampilan proses suatu perolehan dengan isi, pesan, rancangan dan arah yag jelas.

Langkah-langkah yang dilakukan para ilmuwan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan metode ilmiah.  Nuryani menyatakan bahwa ketrampilan-ketrampilan dasar yang dimiliki ilmuan dalam melakukan kegiatan ilmiah dikenal dengan ketrampilan proses sains. Harlen mendeskripsikan ketrampilan proses sebagai kegiatan-kegiatan siswa yang dilakukan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan seluruh kegiatan menjadi kesatuan yang tidak terpisah-pisah, misalnya dalam kegiatan penyelidikan mulai dari melakukan pengamatan, menafsirkan hasil pengamatan dann ketrampilan-ketrampilan selajutnya secara keseluruhan masing-masing ketrampilan proses yang terlibat menjadi bagian dari keseluruhan ketrampilan dalam proses penyelidikan tersebut. Menurut Conny Semiawan ketrampilan proses adalah ketrampilan fisik dan mental yang dimiliki , dikuasai dan diterapkan oleh ilmuwan.Ketrampilan proses adalah ketrampilan ilmiah yang mencakup ketrampilan kognitif, ketrampilan psikomotor dan afektif.

Ketrampilan-ketrampilan ini dapat digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep serta menanamkan sikap ilmiah.
Aspek-aspek ketrampilan proses meliputi :
1.      Observasi, mencakup ketrampilan melibatkan semua alat indra untuk meyatakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek
2.      Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan ketrampilan mencari hubungan antara pengamatan dengan pernyataan ciri-ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa yang mudah diberi arti oleh orang lain.
3.      Mengelompokkan, memerlukan ketrampilan observasi
4.      Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan.
5.      Mengajukan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya.
6.      Menyimpulkan (inferensi), merupakan ketrampilan memberikan penjelasan atau interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman awal.
Pembelajaran sains berbasis ketrampilan proses adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan ketrampilan proses ke dalam rangkaian aktivitas belajar guna mengarahkan siswa pada proses pengetahuan secara mandiri.

RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK

Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakterstik anak tersebut.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :

1. Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep       abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut.

2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.

3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.

5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan ’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya” .

6. Lebih menekankan proses daripada produk
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.

7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika
Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).

8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science)
Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik
MATERI DAN KEGIATAN SAINS

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara lain:

1. Mengenal gerak
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain:
         a. Menggelinding dan bentuk benda
            Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
         b. Menggelinding dan ukuran benda
            Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.

2. Mengenal benda cair
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:
         a. Konservasi volume
            Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
         b. Tenggelam dan terapung
         Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda. .
         c. Membuat benda terapung
        Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
        d. Larut dan tidak larut.
        Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
        e. Air mengalir
        Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
        f. Mengenal sifat berbagai benda cair
        Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.

3. Mengenal timbangan (neraca)
Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.

4. Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa..

5. Mengenal benda-benda lenting
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.

6. Mengenal Binatang
Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.

Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.

MENUMBUHKAN JIWA SAINS ANAK USIA DINI

Terkadang  orang tua melupakan satu hal, bahwa anak adalah pribadi yang unik. Anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak memiliki hak untuk tumbuh, berkembang dan dihargai. Setiap anak memiliki pengalaman masing – masing, dan pasti pengalaman anak yang satu berbeda dengan anak yang lain. Setiap anak pasti mendapatkan pengalaman melihat, meraba, merasa, mendengar dan lain sebagainya, sehingga terjalin suatu hubungan antar sel otak, yang semakin lama semakin berkembang akan terjadi komunikasi yang lebih banyak, maka kemampuan belajar juga semakin baik.                           

Tidak hanya makanan, nutrisi dan gizi, yang mempengaruhi bagaimana perkembangan atau kelanjutan perkembangan anak kelak, akan tetapi juga ditentukan oleh stimulasi dari lingkungan yang kondusif akan membuat anak semakin berkembang dan semakin “kaya”. Setiap anak memiliki bakat tersendiri, salah satunya adalah sains. Sains bisa diberikan pada anak sejak usia 2 tahun. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki jiwa sains.Hal ini terbukti dari jiwa dasar sains anak seperti  :
Senang mengamati
Terkadang kita sering mendapati anak senang mengamati sesuatu, seperti benda dengan berbagai bentuk, warna yang mencolok atau sesuatu yang bergerak . Misalnya, anak suka mengamati mainan kicir angin dari kertas yang berwarna-warni.
Senang bertanya
Terkadang sebagai orang tua kita dibuat jengah dengan berbagai pertanyaan anak. Apapun yang ditemui, anak sering banyak bertanya. Tak jarang orang tua dibuat kewalahan mendapat pertanyaan “nyleneh” anak. – anaknya. Beberapa orang tua tidak sabar, lalu menjawab seadanya saja.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan yang besar. Misalnya, ia ingin tahu kenapa baling – baling bisa berputar, air bisa mengalir dan sebagainya.
Senang mencoba hal – hal baru
Karena memiliki keingintahuan yang besar, seringkali anak mencoba sesuatu yang baru, bahkan ia tidak menyadari bahwa “percobaan baru”nya cukup membahayakan keselamatan dirinya.Para orang tua hendaknya mendampingi anak dan memfasilitasi sifat dasarnya. Selain agar dapat memperluas wawasan, hal ini juga akan mengembangkan kecerdasan logis matematis , alam dan kreativitas anak – anak. Kegiatan sains pada anak usia dini pastilah berbeda dengan kegiatan sains orang dewasa. Kegiatan sains pada anak usia dini sangatlah sederhana, tetapi cukup menstimulasi daya pikir kritis dan kreativitas anak.














BAB IV
PENUTUP

            KESIMPULAN

            Anak-anak usia dini berada dalam tahap keemasan perkembangan otaknya.Mereka mempunyai daya ingat yang lebih tajam dibanding orang dewasa,ini merupakan sebuah momentum terpenting dalam hidupnya untuk membangun memori-memori berharga dimasa kecil yang akan diingat dalam waktu yang lama.

            Seperti diketahui bahwa setiap anak yang terlahir telah mempuyai jiwa-jiwa sains,untuk kemudian mengembangkannya adalah tugas dari orang tua,para guru,dan lingkungannya.Pada dasarnya setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar,suka melakukan pengamatan,selalu ingin mencoba hal-hal yang baru,dan hal-hal lainnya yang kadang tidak disadari oleh para orang tua.Dengan dasar inilah,orang tua atau guru sebagai fasilitator sekaligus pembimbing sangat dibutuhkan kehadirannya dalam mendampingi masa keemasan anak ini.

            Memperkenalkan sains pada anak sejak dini,merupakan pilihan yang tepat untuk menumbuhkan berbagai sikap ilmiah yang akan sangat membantunya kelak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di masa mendatang,terlebih untuk menghadapi tantangan globalisasi yang luar biasa saat ini.Secara tidak langsung pembelajaran sains pada anak usia dini akan membentuk mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh sekaligus siap dalam menghadapi tantangan globalisasi dengan berbagai kemajuan-kemajuan teknologi yang pesat.  

          

SARAN

v  Dengan berbagai kemajuan teknologi yang ada saat ini,penerapan atau pengenalan sains untuk  anak usia dini sangat penting,dalam rangka membekali mereka untuk mempersiapkan diri sejak dini menghadapi tantangan globalisasi,sekaligus mempersiapkan mental mereka sebagai generasi pengganti yang intelek dan mumpuni untuk merubah wajah zaman kearah yang lebih baik dari saat ini.
v  Orang tua maupun guru selain berperan sebagai fasilitator,juga harus menjadi pembimbing sekaligus pendamping anak dalam pembelajaran sains,oleh karena itu,mereka harus terlebih dahulu menguasai sains,agar penerapan pembelajaran sains pada anak dapat dilakukan secara maksimal tanpa harus ada kesalahan penerapan konsep sains.
v  Komitmen yang kuat disertai kesabaran dalam membimbing anak belajar sains menjadi kunci keberlangsungan pembelajaran sains pada anak usia dini.











DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991.  Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Carin, Sund. 1989.  Teaching Science Throught Discovery. Colombus, Ohio :  Charles Merril Publishing.
Hadis, Fawzia Aswin. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Depdiknas-        UI.
Nugraha, A.  Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. JILSI Foundation.
Nugraha, A. Tumbuh dan Belajar Anak Usia Dini. Bogor: KKB-Bakat.
Piaget, J.(1970). The Science of Education and The Psichology of The Child. New York: Grossman.
Suyanto, Slamet. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas
Kharisma. (2013). Pendidikan sains untuk Anak Usia Dini. (online). http://karismaana.blogspot.com/2013/03/Pendidikan-Sains-untuk-Anak- Usia-Dini-8.html. diakses 2 September 2015.

Comments

Popular posts from this blog